Rabu, 02 April 2014

Ilmu Budaya Dasar - Kebudayaan dan masalah makna hidup



Kebudayaan dan Masalah Makna Hidup

Bab I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui di dalam bermasyarakat manusia tidak akan terlepas dengan kebudayaan. Karena kebudayaan berasal dari pemikiran, ide, serta gagasan dari manusia. Sehingga manusialah yang menciptakan kebudayaan dan menerapkan kebudayaan itu sendiri. Di setiap kehidupan manusia tentunya memiliki sebuah masalah. Pada setiap masalah yang dialami manusia memiliki makna kehidupan yang berbeda-beda.
       Dengan demikian, apakah arti dari sebuah kebudayaan? dan juga apa yang dimaksud dengan makna hidup?. Oleh karena itu saya akan membahas lebih rinci tentang kebudayaan dan juga makna hidup.
       Setelah kita mengetahui lebih banyak tentang kebudayaan dan makna hidup, diharapkan dapat  lebih paham. Serta dapat menerapkan  kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga menjaga kebudayaan agar lebih merawat dan menjaga kebudayaan yang sudah ada.

B.    Rumusan Masalah
Dari gambaran umum diatas , dapat kita rumuskan permasalahannya sebagai berikut
a.      Apakah pengaruh Kebudayaan terhadap masalah yang di alami oleh manusia ?
b.     Bagaimana cara mengatasi masalah ?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.     Untuk meningkatkan penulis berargumentasi dengan kemampuan menulis
2.     Diharapkan dapat  memberikan jawaban atas rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas
3.     Sebagai motivasi agar dapat menyelesaikan masalah secara baik dan benar








Bab II
Pembahasan
Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber- sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini, kebudayaan dilhat sebagai "mekanisme kontrol" bagi kelakuan dan tindakan-tindakan manusia (Geertz, 1973a), atau sebagai "pola-pola bagi kelakuan manusia" (Keesing & Keesing, 1971). Dengan demikian kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi, yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972). Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia (Geertz, 1973b). Kebudayaan yang telah menjadi sistem pengetahuannya, secara terus menerus dan setiap saat bila ada rangsangan, digunakan untuk dapat memahami dan menginterpretasi berbagai gejala, peristiwa, dan benda-benda yang ada dalam lingkungannya sehingga kebudayaan yang dipunyainya itu juga dipunyai oleh para warga masyarakat di mana dia hidup. Karena, dalam kehidupan sosialnya dan dalam kehidupan sosial warga masyarakat tersebut, selalu mewujudkan berbagai kelakuan dan hasil kelakuan yang harus saling mereka pahami agar keteraturan sosial dan kelangsungan hidup mereka sebagai makhluk sosial dapat tetap mereka pertahankan.
            Masalah telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tidak ada sesuatu yang berakhir dengan baik dan buruk jika tidak dimulai dari masalah. Masalah baru disadari jika jika keadaan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Dan pada dasarnya masalah memang sesuatu yang harus diselesaikan, meski hasil akhirnya jauh dari dugaan. Dampak dari masalahpun beragam, dan ketika masalah baru muncul, tentu saja rasa keterkejutan tampak dari wajah dan sikap seseorang .Kendati demikian, ada pula masalah yang mampu membuat seseorang hilang kesadaran atau pingsan, syock, bingung dan serba salah.Masalah memang adalah teman kita, tanpa masalah kita tak pernah menjadi orang dewasa dan bijaksana. Masalah terkadang membuat hidup jadi berwarna, menggairahkan, dan bayangkan saja jika hidup ini tidak ada masalah, tentu saja kehidupan didunia ini sudah tak bernyawa .Untuk menjadi orang yang penyabar dan tawakal ketika dihadapkan pada satu permasalahan yang pelik,tidaklah mudah. Perlu usaha untuk mendapatkan kesabaran, ketegaran dan keikhlasan, dan masalah satu-satunya jalan sebagai tempat belajar untuk meraih semua itu. Masalah itu seperti ujian kenaikan kelas, semakin tinggi kelas, semakin rumit pula ujiannya. Semakin tinggi pohon kelapa, makin kencang pula tiupan angin yang menerpa.

Banyak jalan cara menghadapi masalah, bahkan ketika masalah itu baru muncul, salah satunya sbb :
1. Baca Istiqhfar
Mengucap istighfar berkali-kali, sama artinya kita memohon ampunan pada Allah dan belajar bersandar padaNYA semata. Setelah itu, jika masalah tersebut memang diharuskan untuk segera bertindak, sebisa mungkin belajar meredam emosi dan kepanikan sembari melakukan apa yang harus dilakukan, dengan tidak lupa terus menerus mengucap istighfar dan La Haula Wala Quwwata Illa Billah, untuk dijauhkan dari hasutan syetan. Sebab iblis / syetan lebih mudah masuk dan menggoda manusia dalam keadaan lengah.

Namun jika masalah yang muncul tidak terlalu berat, ucapkan Istighfar lalu ambilah sikap diam dan duduk, sambil menarik nafas dalam-dalam. Rasa panik tentu saja ada, tapi jika emosi diturutkan, sama saja menambah kacau suasana. Ketika mengambil posisi diam dan duduk, akan melatih jantung dan hati supaya bisa mencerna suatu masalah dengan baik

2. Jangan lari dari masalah
Kita tidak akan pernah menjadi orang baik dan dewasa jika menghindar dari masalah. Hadapi semuanya meski dengan kekuatan yang tersisa. Yakinkan pada diri, bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, hadapi semuanya dengan senyuman (meski tersenyum pahit). 
3. Berbagi
Adakalanya masalah bisa diselesaikan tanpa campur tangan orang diluar diri kita sendiri, dan jika masalah tersebut memang tidak bisa diselesaikan sendiri, berbagi masalah pada orang yang dipercaya, satu-satunya jalan yang perlu dilakukan. Memendam emosi karena masalah yang rumit, tidak baik untuk kesehatan dan kejiwaan

4. Berdoa
Apapun yang terjadi, baik atau buruk, semuanya sudah ada yang mengatur, sudah ada yang merencanakan. Allah menitipkan hari cerah nan indah, supaya kita belajar bersyukur dan menyadari bahwa esok mungkin berganti suasana. Dan ketika Allah menitipkan masalah atau bala', mungkin saja IA sangat rindu agar supaya kita datang dan sujud padaNYA. Berdoalah, tapi bukan berdoa untuk minta keringanan, melainkan mintalah






Penutup
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Dari ciri khas itulah manusia menjadi berbeda – beda ada yang cara bicaranya halus dan ada juga yang cara bicaranya kasar dengan begitu tidak menutup kemungkinan bahwa masalah akan muncul . Jika masalah itu muncul maka manusia sebagai mahkluk sosial harus bijak memecahkan dan mencari solusi untuk masalah itu .
Sumber Referensi


Ilmu Budaya Dasar - Menumbuhkan budaya lokal dalam perguruan tinggi

Menumbuhkan Budaya Lokal Dalam Perguruan Tinggi
BAB I
Pendahuluan
Latar belakang
            Kebudayaan merupakan keseluruhan bentuk kesenian, yang meliputi sastra, musik, pahat/ukir, rupa, tari, dan berbagai bentuk karya cipta yang mengutamakan keindahan (estetika) sebagai kebutuhan hidup manusia. Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya yang sangat tinggi. Setiap daerah yang ada di Indonesia mempunyai kebudayaan yang berbeda sekaligus khas serta unik, dan perbedaan itulah yang mestinya kita kelola dan menjadikan kita memiliki jati diri sebagai bangsa.
  Tidak dapat dipungkiri bahwa derasnya arus globalisasi, pesatnya perkembangan teknologi informasi  yang berimplikasi pada hilangnya sekat-sekat geografis, homogenasi dalam berbagai karya budaya, serta munculnya efek difusi budaya menjadi faktor  determinan eksistensi budaya nusantara. Dan tidak heran bila semua itu menyebabkan adanya kecenderungan  untuk meninggalkan atau mengabaikannya produk-produk kebudayaan lokal (seni, bahasa, pola-pola perilaku, maupun benda budaya lainnya) oleh masyarakat, lantaran dianggap ketinggalan zaman, tidak up to date, kuno, dan semacamnya. Kondisi ini tentu tidak boleh dibiarkan bukan berarti kita anti budaya asing atau budaya baru hasil adopsi dll,  masalah utama adalah penafian budaya nusantara (lokal) sebagai warisan luhur dari nenek moyang oleh generasi masa kini  akan menyebabkan  krisis identitas. Oleh karena itu, sudah sepantasnya generasi muda terpanggil dan harus memikul tangung jawab untuk menjaga, merawat, mengemas, dan mempublikasikan kekayaan warisan budaya nusantra kepada generasi muda dan dunia untuk mengukuhkan identitas kita sebagai bangsa yang bermartabat. Sebab, hanya dengan memahami dan menjaga kekayaan warisan budaya dan sejarah, bangsa ini akan dihargai dan dipandang secara terhormat oleh bangsa lain.
Rumusan Masalah
            Dari Gambaran Umum , Latar Belakang diatas dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a.      Apakah Peran Mahasiswa dalam meningkatkan Budaya lokal ?
b.      Bagaimana Peran Pemerintah dalam hal ini ?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.     Untuk meningkatkan penulis berargumentasi dengan kemampuan menulis
2.     Diharapkan dapat  memberikan jawaba atas rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas
3.     Sebagai motivasi agar Mahasiswa dan Mahasiswi di seluruh Indonesia mencintai dan menjaga budaya – budaya yang ada di Indonesia
4.     Memberi kesadaran, bahwa Budaya dalam negeri itu sangatlah penting


Bab II
Pembahasan
A.   
            Pada era modernisasi sekarang ini terlihat sekali bahwa kebudayaan dan kesenian Indonesia keberadaan dan eksistensinya mulai terancam. Padahal kebudayaan dan kesenian asli Indonesia merupakan salah satu yang paling bisa dibanggakan oleh dunia dan dikagumi hampir seluruh masyarakat dunia. Hal ini disebabkan kecenderungan generasi muda di Indonesia saat lebih ‘menggandrungi’ segala sesuatu yang beraromakan kebudayaan dan kesenian barat. Fenomena ‘westernisasi’ seakan dengan sempurna mengubah gaya hidup dan pola pikir mayoritas generasi muda di Indonesia sekarang ini. ‘Westernisasi’ secara instan langsung mengubah paradigma mayoritas anak muda di Indonesia yang menganggap bahwa segala macam bentuk kebudayaan dan kesenian barat itu lebih menarik dan ‘uptodate’ dibandingkan dengan kebudayaan dan kesenian asli Indonesia. Paradigma seperti inilah yang akhirnya memberikan efek buruk terhadap mental berbudaya dan berkesenian asli Indonesia dalam diri generasi muda Indonesia. Kecintaan generasi muda kepada kebudayaan dan kesenian Indonesia mulai luntur, tingkat kepedulian mereka terhadap kelestarian kebudayaan dan kesenian Indonesia pun lama-kelamaan pun kian terkikis. Hal ini dibuktikan dengan makin sedikitnya antusiasme generasi muda untuk menyaksikan pagelaran kebudayaan dan kesenian Indonesia maupun dalam mempelajari dan mendalaminya. Apabila tidak ada usaha untuk memperbaiki kondisi seperti ini, bukan tidak mungkin kebudayaan dan kesenian Indonesia akan ‘habis’ seiring berjalannya waktu dan makin berkembangnya virus ‘westerniasi’ di Indonesia.
            Departemen Budaya dan Seni, UKM Pesos Undip,  berdiri dan mendukung penuh segala macam bentuk upaya untuk ‘melahirkan’ kembali kecintaan dan kepedulian generasi muda Indonesia terhadap kebudayaan dan kesenian Indonesia serta menumbuhkan mental ‘berjuang’ dalam diri generasi muda Indonesia sebagai usaha dalam melestarikan kebudayaan dan kesenian tanah airnya sendiri. Sehingga mulai hari esok dan seterusnya kebudayaan dan kesenian Indonesia akan tetap hidup, tetap terjaga kelestariannya dan selalu ada di dalam diri bangsa dan hati masyarakat Indonesia.
B.     
            Pelestarian bangunan kuno bersejarah pun lebih diartikan sebagai pengawetan (preservasi), tanpa diikuti dengan upaya pemanfaatannya dengan memberi fungsi baru yang tanggap terhadap dinamika perubahan (konservasi). Kurang gairah untuk menciptakan karya baru yang menjadi tengeran semangat jaman, spirit of the Age atau zeitgeist. Obsesi terhadap teknologi kian menguat, sedangkan upaya pencarian makna budaya kian meluntur. Meminjam kata-kata John Naisbitt et al, dalam bukunya “High Tech, High Touch: Technology and Our Search for Meaning.” (1999) : “The Band-Aid culture of the quick fix is ultimately an empty one.” Budaya potong kompas, siap saji, serba instan, mental menerabas (Kuntjaraningrat) berpotensi kian melunturkan jatidiri. Upaya mentransformasi kearifan budaya lokal untuk menghadapi tantangan global menjadi conditio sine qua non agar kita tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa multikultur yang beradab.


Diskusi Panel sebagai rangkaian kegiatan Dies Natalis Universitas Diponegoro ke 55. yang mengangkat tema “Transformasi Kearifan Budaya Lokal Menghadapi Tantangan Global”,  diprakarsai Komisi Kebudayaan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (KK-AIPI) bekerjasama dengan Forum Rektor Indonesia (FRI) dan Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang ini akan dilaksanakan di : Pada hari  Sabtu, 13 Oktober 2012, di Ruang Sidang Senat Universitas Diponegoro, Kampus Pleburan, Jalan Imam Barjo SH no. 7, Semarang. 
Diskusi, bermaksud mengungkap permasalahan dan mencari upaya terobosan mentransformasi kearifan budaya lokal yang tesebar di seluruh pelosok Nusantara, agar dari hasil transformasi kearifan budaya lokal yang dikaji secara multi disiplin dan transdisiplin itu dapat dikembangkan dan diterapkan dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia di era global abad ke-21 ini”, antar Eko Budihardjo, pemerhati pendidikan dan pakar arsitektur diawal acara.

Senada dengan itu, Sekretaris Jenderal AIP, Budhi M. Suyitno mencontohkan kebudayaan Korea Selatan yang dikenal dengan nama K-Pop mulai merambah negara-negara lain di dunia, termasuk Indonesia. "Kalau saya melihat, tarian ’Gangnam Style’ yang termasuk K-Pop itu hampir seperti Jathilan (kuda lumping). Kita juga punya tarian kuda lumping. Bahkan, lebih bagus dibandingkan mereka (K-Pop)," katanya.

Karena itu, ia mengatakan Indonesia punya banyak sekali potensi kearifan lokal yang semestinya dikelola dengan baik, dilestarikan, dan dikenalkan secara lebih luas kepada dunia internasional.
Melalui forum AIPI itu, kata dia, diharapkan banyak pemikiran yang dihasilkan dari para pakar berkaitan dengan kearifan lokal, yang selanjutnya akan menjadi rekomendasi dan masukan kepada Presiden.

"AIPI ini adalah lembaga yang berada di bawah Presiden berdasarkan Undang-Undang Nomor 8/1990 tentang Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hasil kajian ini akan kami rekomendasikan pada Presiden," kata Budhi
  Hadir  Toeti Heraty Noerhadi, Ketua Komisi Kebudayaan AIPI membawakan  makalah kunci, dilanjutkan  para panelis sesuai dengan disiplin ilmu yang digulati masing-masing: Kusmayanto Kadiman, Bidang Teknologi;  Edy Suandi Hamid,  Bidang Ekonomi; Ichlasul Amal- Bidang Sosial Politik; Sudharto P.Hadi (Rektor Undip),- Bidang Lingkungan; Edi Sedyawati- Bidang Kebudayaan;  Franz Magnis Suseno (Budayawan- Bidang Filsafat; La Ode Kamaludin (Rektor Unnisula)-Bidang Religi

Diskusi Panel  dengan moderator Satryo Soemantri Brodjonegoro dan Umar Anggara Jenie, memandu jalannya diskusi yang dihadiri oleh  anggota Komisi Kebudayaan AIPI, anggota Komisi lain yang berminat; Wakil Kementerian/Lembaga terkait, Para anggota Forum Rektor Indonesia, Rektor, Pembantu Rektor, Dekan serta Dosen UNDIP dan Perguruan Tinggi lainnya sekitar Semarang Jawa Tengah, LSM terkait,  Pegiat dan Pemerhati Kebudayaan.
 

Luaran yang ditargetkan adalah merumuskan Masukan, Rekomendasi dan Pandangan AIPI atas hasil transformasi kearifan budaya lokal yang dikaji secara multi disiplin dan transdisiplin itu dapat dikembangkan dan diterapkan dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia di era global abad ke-21 ini”, ujar Eko Budihardjo, anggota Komisi Kebudayaan selaku ketua pelaksana  di sessi rangkuman dan  penutupan. (asw/aipi/humasristek)























Penutup
Indonesia memiliki kereagaman budayanya dari sabang sampai merauke tapi kaum muda sekarang mereka hanya tau beberapa saja , itu juga yang sering dilihat karena kebudayaannya sering ditampilkan di layar televisi atau memang sudah ciri khas , tetapi bagaimana dengan yang lainnya ? budaya – budaya yang terlupakan ? seperti lagu dari kalimantan barat indung – indung ? atau bagaimana dengan pakaian adat yang berasal dari lampung tapis ? seharusnya sebagai mahasiswa dan mahasiswi melestarikan budaya – budaya yang hampir tidak terdengar sekali di kalangan muda – mudi yang dikarenakan budaya asing yang masuk ke Indonesia , untuk itu kita memerlukan adanya pelajaran muatan lokal ( MULOK ) yang mengajarkan kita tentang budaya – budaya yang kita tidak pernah mendengarnya . Setelah pengenalan pasti akan tumbuh rasa kecintaan terhadap budaya sendiri karena ada peribahasa bahwa Tak kenal maka Tak sayang .


Sumber Referensi







Ilmu Budaya Dasar - Peran Agama Dalam Membangun Budaya Lokal



Peran Agama Dalam Membangun Budaya Lokal 

Bab I
Pendahuluan

Latar Belakang

           Salah satu agenda besar dalam kehidupan berbangsa dan beranegara adalah menjaga persatuan dan kesatuan dan membangun kesejahteraan hidup bersama seluruh warga negara dan umat beragama. Hambatan yang cukup berat untuk mewujudkan kearah keutuhan dan kesejahteraan adalah masalah kerukunan sosial, termasuk didalamnya hubungan antara agama dan kerukunan hidup umat beragama. Persoalan ini semakin kursial karena terdapat serangkaian kondisi sosial yang menyuburkan konflik, sehingga terganggu kebersamaan dalam membangun keadaan yang lebih dinamis dan kondusif.
            Sikap menggelorakan fanatisme kelompok lewat kesukuan, kedaerahan dan bahkan keagamaan, kondisi ini salah satu penyebab terganggunya kerukunan berbangsa dan beragama. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk (pluralistic society). Hal tersebut dapat dilihat pada kenyataan sosial dan semboyan Bhinneka Tunggal Eka (berbeda-beda namun satu jua).
            Kemajemukan masyarakat Indonesia ditandai oleh berbagai perbedaan tapi bukan berarti itu menjadi jurang pemisah akan tetapi menjadi kesatuan yang utuh. Oleh karenanya semua usaha dilakukan dalam membangun budaya dan kerukunan beragama akan terwujud jika masing-masing masyarakat telah dapat menerima bahwa keragaman, kemajemukan itu adalah suatu keniscayaan.
            Pembahasan ini mengukapkan tentang potensi yang harus dibangun dan dikembangkan dalam agama untuk membangun kebudayaan lokal. Strategi yang harus dilakukan untuk membangun agama dalam budaya lokal dapat dibekali dengan pengetahuan, dan sikap yang dapat di terima baik oleh masyarakat. Begitu pula dengan metode yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat yang saat ini. Dimana kebudayaan tersebut begitu sangat berkembang pesat dengan oleh zaman modern yang sangat canggih dalam membangun kebudayaan tersebut.

Rumusan Masalah
Dari gambaran umum , Latar belakang diatas dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a.      Bagaimana Peranan Kebudayaan terhadap agama dalam masyarakat plural
b.     Bagaimana Peranan Agama dalam menyikapi Kemajemukan
c.      Bagaimana Pesan – pesan agama yang dapat kita petik untuk kebudayaan saat ini


 



Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.     Untuk meningkatkan penulis berargumentasi dengan kemampuan menulis
2.     Diharapkan dapat  memberikan jawaba atas rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas
3.     Sebagai motivasi atas pesan – pesan agama terhadap kebudayaan saat ini
4.     Memberi kesadaran, bahwa budaya dan agama selalu ada ikatan.


Bab II
Pembahasan

A. Pengertian Budaya
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat; dan berarti pula kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan.
Sementara itu Sultan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala kecapakan lain, yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sultan Takdir Alisjahbana, (1986 : 207)

Dengan demikian, kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat, dan sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan atau blue print oleh seseorang dalam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya. Dengan demikian

B. Pengertian Agama
Kata agama berasal dari bahasa sangsekerta, terdiri dari dua kata, yaitu a dan gama; a berarti tidak dan gama berarti kacau, maksudnya tidak kacau atau teratur; hal ini berarti orang beragama itu akan memperoleh ketentraman dan hatinya penuh kedaimaian. H.M. Yusran Asmuni, (1997 : 1)
Di samping itu ada pula yang mengatakan, kata agama berasal dari kata gam yang berarti tuntunan, karena agama itu menjadi tuntunan hidup dalam kehidupan seseorang di dunia ini. Dalam masyarakat selain kata agama dikenal pula kata din dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa eropa. Harun Nasution, (1985 ; 1).
Adapun pengertian agama dari sudut istilah sangat sulit untuk didefinisikan karena dalam hal ini tergantung kepada pengalaman yang mendefinisikan jadi bersifat subjektif, intern dan individual, dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda

C. Pengertian Pluralitas
Pluralitas berasal dari bahasa Inggris, plural, antonym dari kata singular, secara genetika ia berarti kejamakan atau kemajemukan. Dengan kata lain, ia adalah kondisi objektif dalam suatu masyarakat yang terdapat didalamnya sejumlah kelompok saling berbeda, baik strata ekonomi, ideologi, keimanan, maupun latar belakang etnis.
Secara filosofis, pluralitas dibangun dari prinsip pluralisme, yaitu sikap, pemahaman dan kesadaran terhadap kenyataan adanya kemajemukan, keragaman sebagai sebuah keniscayaan, sekaligus ikut secara aktif memberikan makna signifikannya dalam konteks pembinaan dan perwujudan kehidupan berbangsa dan bernegara kearah manusiawi yang bermartabat.

Pluralitas adalah keragaman dalam sebuah wujud persatuan. Keragaman, keunikan, dan parsial itu merupakan realitas yang tak terbantahkan, secara sosiologis, manusia terdiri dari berbagai etnis dan budaya yang saling berbeda dan mengikat dirinya antara satu dengan lainnya.

A.               Peranan Kebudayaan terhadap Agama dalam masyarakat
Kebudayaan tampil sebagai perantara yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut.

Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pengalaman agama yang terdapat di masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui penalaran. Kita misalnya membaca kitab fikih, maka fikih yang merupakan pelaksanaan dari nash Al-Qur’an maupun hadis sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan manusia. Dengan demikian agama menjadi membudaya atau membumi di tengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuknya yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama.
Manusia misalnya memjumpai kebudayaan berpakaian, bergaul, bermasyarakat, dan sebagainya. Ke dalam produk kebudayaan tersebut unsur agama ikut berintegrasi. Dalam pakaian model jilbab, kebaya atau lainnya dapat dijumpai dalam pengalaman agama. Sebaliknya tanpa adanya unsur budaya, maka agama akan sulit dilihat sosoknya secara jelas.

            B.        Peranan Agama Menyikapi Kemajemukan
Perlu disadari bahwa setiap umat atau kelompok yang benar-benar hidup sesuai dengan amanah agamanya masing-masing, maka kerukunan, persaudaraan, kedaimaian dan kenyamanan akan hadir dengan sendirinya dalam kehidupan manusia karena semua agama mengajarkan kebenaran dan kebaikan tak ada yang menginginkan keburukan, pertikaian, diskriminal dan lain-lain. Selain itu harus ada usaha nyata antara mat yang berbeda itu untuk menjalin sumber rahmat dan kasih bagi sesamanya. Semakin sukses di dalam meng-agama-kan isi dan gaya hidupnya masing-masing menurut ajaran agama, semakin nyatalah bunga dan buah dari iman dan iman semakin gagal. Meng-agama-kan hidup, meranalah atau kaburlah iman yang seharusnya menjadi nyata di dalam hidup yang penuh rahmat dan kasih bagi sesama.
Hidup beragama tampak pada sikap dan cara perwujudan sikap hidup beragama seorang yang menerima sesama yang beragama apapun sebagai sesama hamba Allah. Karena keyakinan seorang bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengasihi setiap manusia dan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi berdasarkan kemaha-adilan Tuhan, maka dia pun wajib dan tak punya pilihan lain, selain mengasihi sesamanya tanpa diskriminasi berdasarkan agama, budaya, etnik, profesi, atau kepentingan tertentu yang berbeda. Perbedaan ciptaan Allah ditengah alam semesta adalah suatu keniscayaan yang patut diterima sebagai anugerah yang harus disyukuri. Hal demikian harus menjadi lebih nyata pada hidup beragama di tengah pluralitas agama sebagai keniscayaan yang diterima dan disyukuri sebagai anugerah Allah
Seorang yang tulus dalam beragama akan menghormati, menghargai dan bahkan mengasihi atau merahmati sesamanya karena sesamanya adalah manusia yang dikasihi Allah. Seorang yang tulus beragama mengasihi sesamanya hanya dengan berpamrih pada Tuhan sebagai sumber segala kasih dan rahmat. Kasih atau cinta kepada sesama manusia harus dapat menembus atribut-atribut yang mengemasnya. Atribut-atribut perbedaan yang melekat pada diri seorang tak harus menjadi perisai yang menangkis atau menangkal kasih atau rahmat yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Secara hakiki, manusia adalah manusia ciptaan Allah sehingga saling berbeda tidak mengharuskan seorang untuk berlaku tak adil dengan membeda-bedakan seorang dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau dengan memperlakukan sesama secara diskriminasi karena berbeda agama, suku, atau status dan lain sebagainya

Membedakan diri sendiri dengan orang lain adalah perbuatan akal sehat, tetapi membeda-bedakan atau melakukan diskriminasi terhadap orang lain justru bertentangan dengan akal sehat dan nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh umat beragama dari setiap agama yang saling berbeda. Karena itu, membeda-bedakan manusia berdasarkan perbedaan agama sesungguhnya bertentangan dengan ajaran agama. Sebagai bangsa yang beragama, sepatutnya kita menjadi contoh terbaik bagi umat manusia sedunia dengan cara hidup yang saling mengasihi dan saling merahmati dengan menerima perbedaan agama sebagai rahmat Allah.
            
 C . Pesan – pesan yang dapat di petik peranan Agama untuk Kebudayaan saat ini
            Bagaimana cara memberikan pesan – pesan Agama untuk kebudayaan kita saat ini ? yaitu dengan cara memberikan pelajaran keagamaan di usia dini walaupun di sekolah sudah mendapatkannya tetapi lebih baik agar di luar sekolah pun juga mengikuti aktifitas keagamaan misal ikut serta dalam pengajian. Mengikut sertakan anak usia dini dalam aktifitas keagamaan juga sangat membantu hubungan sosial mereka , mereka akan banyak teman bermain dan tidak menjadi seseorang yang anti sosial dan dalam melakukan aktifitas keagamaan itu anak anak akan mendapatkan masa kecil yang indah tidak semua anak – anak mendapatkan masa – masa indah di pengajian atau aktifitas keagamaan
            Agama juga mengajarkan bahwasanya menimba ilmu sebanyak – banyaknya karena ilmu tidak akan pernah mati , sekalipun raga telah mati ilmu itu masih bisa di sebarkan agar bermanfaat kepada sesama umat.

  

Penutup
Peranan kebudayaan terhadap agama dalam masyarakat yaitu dapat dipakai untuk memahami agama tentu walaupun hanya dari dataran empirik atau dalam bentuk formalnya yang menggejala dalam masyarakat
Peranan agama dalam menyikapi kemajemukan yaitu memberikan sumbangsi pemikiran bahwa hendaknya umat yang berbeda itu menjalin sumber rahmat dan kasih bagi sesamanya dengan cara hidup yang saling mengasihi dan merahmati dengan menerima perbedaan agama sebagai rahmat Allah.
Keniscayaan pluralitas budaya dan agama secara aktif memberikan makna signifikan dalam konteks pembinaan dan perwujudan kehidupan berbangsa dan bernegara kearah manusiawi yang bermartabat

Sumber Referensi

           
           

Nama   : Andhika Dwi R
Kelas   : 1KA08

NPM   :10113842